Model-model Pembelajaran PKn di SD
Model-model pembelajaran PKn di SD menurut Fathurohhman (2012) adalah sebagai berikut.
1. Model Pembelajaran Kontekstual
Pengertian model pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi pembelajaran yang diajarkan kepada siswa dengan keadaan nyata yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Trianto (2012) model pembelajaran CTL adalah suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan tenaga kerja (US.Departement of Education the National School-to-work Office yang dikutif oleh blancbard, 2001).
Secara garis besar langkah-langkah penerapan CTL dalam kelas sebagai berikut:
a. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menukan sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
b. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
c. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d. Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)
e. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
g. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara dalam Pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kontekstual ada beberapa komponen yang dilibatkan dalam pembelajaran. Komponen-komponen CTL (contextual teaching and learning) tersebut adalah sebagai berikut.
ü Kontrukstivisme
Dalam CTL, siswa mampu membangun pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dialami dan diamati.
ü Bertanya
Dalam CTL, siswa diharapkan mampu menumbuhkan rasa ingin tahu sehingga akan menjadikan siswa selalu bertanya terhadap hal-hal yang baru.
ü Inkuiri
Dalam CTL, siswa dilatih untuk menemukan konsep yang dipelajari melalui proses belajar yang sistematis.
ü Masyarakat belajar
Dalam CTL, siswa diharapkan mampu bekerjasama atau bertukar pikiran dengan orang lain yang tidak terbatas dalam proses pembelajaran.
ü Pemodelan (Modelling)
CTL dapat memberikan pengalaman yang lebih nyata atau konkret kepada siswa. Melalui pemodelan ini akan menghindarkan siswa dari pengetahuan yang bersifat abstrak dan teoritis.
ü Refleksi
Dalam CTL, refleksi yang diperlukan untuk mengevaluasi pengetahuan yang diperoleh siswa melalui pengalaman yang ia dapatkan.
ü Penilaian sebenarnya (authentic assessment)
Authentic assessment diperlukan untuk mengetahui perkembangan belajar siswa dan dapat mengetahui apakah pengalaman belajar siswa dapat memberikan dampak postif atau negatif.
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu yang dapat diterapkan untuk mewujudkan kelas sebagai laboratorium demokrasi bagi siswa.
Slavin (Isjoni, 2011:15) “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Ini berarti bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang peserta didik lebih bergairah dalam belajar. Dari beberapa pengertian menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan”.
Menurut Trianto (2012) secara garis besar terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yanng menggunakan pembelajaran kooperatif.
ü Fase pertama menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa belajar
ü Fase kedua yaitu guru menyajikan informasi pada siswa dengan cara demonstrasi atau membuat bacaan.
ü Fase ketiga adalah mengorganisasikan wa ke dalam kelompok kooperatif.
ü Fase ke empat, membimbing kelompok erja dan belajar.
ü Fase kelima merupakan fase guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari.
ü Fase terakhir yaitu guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Beberapa keuntungan pembelajaran kooperatif menurut Sugianto (dalam Fathurohman, 2012) adalah:
a. Meningkatkan kepakaan dan kesetiakawanan sosial.
b. Memungkinkan siswa untuk saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
c. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial.
d. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen.
e. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendir atau egois.
f. Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
g. Berbagi keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan.
h. Meningkatkan saling percaya kepada sesama manusia.
i. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi berbagai perspektif.
j. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.
k. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas.
Model pembelajaran kooperatif yang berkembang dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran cukup bervariasi diantaranya:
a. Model STAD (Student Teams Achievement Division)
Model STAD merupakan model pembelajaran yang paling sederhana dalam model pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah model STAD adalah sebagai berikut:
1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri 4-5 anggota.
2) Tiap anggota tim saling membantu dalam menguasai bahan ajar.
3) Tiap satu minggu atau dua minggu, guru mengevaluasi penguasaan siswa baik secara individual maupun kelompok
4) Setiap tim diberikan penilaian atas penguasaan bahan ajar kepada siswa baik individu maupun tim.
b. Model Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif Jigsaw merupakan metode yang diembangkan oleh Ellliot Aronson dkk. Langkah-langkah model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut:
1) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri 4-5 anggota.
2) Bahan ajar disajikan kepada siswa dan siswa bertanggung jawab untuk mempelajarinya.
3) Para anggota bertanggung jawab untuk mempelajari satu bahan ajar yang sama dan selanjutnya saling berkumpul untuk mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan tersebut dinamakan “kelompok pakar” (expert group)
4) Kelompok pakar kembali kekelompok semula (home team) dan menyampaikan materi yang dipelajari dalam kelompok pakar.
5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal (home team), para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang teah dipelajari.
c. Model GI (Group Investigation)
Model pembelajaran kooperatif GI menuntut kerjasama siswa didalam pelaksanaan pembelajarannya. Dalam model pembelajaran GI siswa terlibat secara aktif sejak dari pemilihan topic, perencanaan kegiatan, implementasi kegiatan, analisis, dan sistesis, penyajian hasil akhir, dan evaluasi. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif GI adalah sebagai berikut:
1) Seleksi topik ataupun subtopik. Siswa dibagi kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang.
2) Merencanakan kerjasama berdasarkan subtopik yang telah dipilih.
3) Siswa merencanakan rencana yang telah dirumuskan sebelumnya dengan mencari sumber berdasarkan subtopic yang diperoleh.
4) Analisis dan sistesis: Siswa menganalisis informasi yang diperoleh dan meringkas topik yang telah diperoleh.
5) Penyajian hasil akhir
6) Evaluasi secara kelompok maupun individual
3. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio
Istilah portofolio berasal dari bahasa “portfolio” yang berarti dokumen arau surat-surat. Portofolio merupakan suatu kumpulan pekerjaan siswa yang dimaksud tertentu dan terpadu yang diseleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan Winataputra (dalam Fathurrohman, 2012).
Portofolio dapat diartikan pula sebagai suatu wujud benda fisik, sebagai suatu proses sosial pedagogis, maupun sebagai adjective. Winataputra (dalam Fathurrohman, 2012) mengemukakan bahwa portofolio merupakan suatu kumpulan pekerjaan siswa dengan maksud tertentu dan terpadu dan disleksi menurut panduan-panduan yang ditentukan. Panduan yang dipakai berdasarkan pada mata pelajaran dan tujuan penilaian portofolio. Dalam pembelajaran PKn portofolio merupakan kumpulan informasi yang disusun dengan baik, dan menggambarkan rencana kelas berkenaan dengan suatu isu kebijakan public yang telah diputuskan untuk dikaji, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan.
Menurut Mardiati, dkk (2010) model ini mempunyai urutan langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
Langkah 1. Pendahuluan
Kegiatan pada langkah pertama ini guru membuka pelajaran dan memberi ilustrasi mengenai nilai-nilai sebagai hak, kewajiban, dan tanggung jawab anggota masyarakat. Misalnya peka, tanggap, terbuka, demokratis, kooperatif, kompetetif untuk kebaikan, empatik, argumentatif, dan prospektif dalam konteks kehidupan bermasyarakat dengan memberi ilustrasi empirik mengenai berbagai isu dan trend dalam kehidupan masyarakat saat ini, khsusunya dalam proses pembangunan masyarakat. Kegiatan selanjutnya, guru mengajak siswa merenungkan sebuah pertanyaan, Bagaimana seharusnya kita sebagai anggota masyarakat memahami dan menjalankan nilai, konsep dan prinsip kehidupan bermasyarakat yang baik dalam konteks pembangunan masyarakat Indonesia.
Langkah 2. Kegiatan Inti
Strategi instruksional yang digunakan dalam model ini pada prinsipnya mengacu strategi inquiry learning, discovery learning, problem solving learning, research-oriented learning yang dikemas dalam model Project ala John Dewey, yaitu menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi masalah kebijakan publik dalam masyarakat.
2) Memilih suatu masalah yang akan dikaji siswa.
3) Mengumpulkan informasi yang terkait pada masalah yang telah dipilih. 4) Mengembangkan portofolio kelas
5) Menyajikan portofolio
6) Melakukan refleksi pengalaman belajar
Kegiatan harus dilakukan dengan mengorganisasikan kelas ke dalam 2 kelompok besar beranggotakan sekitar 20 orang, kemudian masing-masing dibagi lagi menjadi empat sub kelompok kecil masing-masing terdiri atas 3-5 orang. Setiap kelompok ditugasi menjawaban pertanyaan yang telah ditentukan sebelumnya dengan cara studi kepustakaan, mengamati masyarakat sekitar, dan bertanya kepada nara sumber. Informasi yang telah diperoleh dari berbagai sumber tersebut kemudian didiskusikan dalam kelompok kecil. Setelah masing-masing kelompok kecil menyelesaikan tugasnya, kesimpulan hasil diskusi kelompok kecil tersebut ditulis dalam buku kerja siswa masing-masing dan selembar kertas manila atau karton hingga siap dipajang di depan kelas dan didiskusikan pada pertemuan tatap muka di kelas.
Melalui berbagai kegiatan belajar inilah siswa mengembangkan berbagai keterampilan seperti: membaca, mendengar pendapat orang lain, mencatat, bertanya, menjelaskan, memilih, merumuskan, menimbang, mengkaji, merancang perwajahan, menyepakati, memilih pimpinan, membagi tugas, menarik perhatian, berargumentasi, dan membuat laporan dalam bentuk portofolio.
Portofolio adalah tampilan visual yang disusun secara sistimatis, cerminan proses berfikir berdasarkan data-data yang relevan, dan secara utuh melukiskan pengalaman belajar terpadu yang dialami siswa sebagai suatu kesatuan dalam kelas (integrated learning experiences).
Portofolio terbagi dalam dua bagian, yakni Portofolio Tampilan dan Portofolio. Dokumentasi. Portofolio Tampilan berbentuk papan empat muka berlipat yang secara berurutan menyajikan:
1) Rangkuman permasalahan yang dikaji
2) Berbagai alternatif kebijakan pemecahan masalah
3) Usulan kebijakan untuk memecahkan masalah
4) Pengembangan rencana kerja/tindakan
Sedangkan Portofolio Dokumentasi dikemas dalam Map Ordner atau sejenisnya yang disusun secara sistematis mengikuti urutan Portofolio Tampilan.
Portofolio Tampilan dan Dokumentasi disajikan dalam suatu simulasi Public Hearing atau dengar pendapat yang menghadirkan pejabat setempat yang terkait dengan masalah portofolio tersebut. Acara dengar pendapat dapat dilakukan di masing-masing kelas atau dalam suatu acara Show Case atau gelar kemampuan bersama dalam suatu acara sekolah, misalnya pada akhir semester. Bila dikehendaki arena show case tersebut dapat pula dijadikan arena contest atau kompetisi untuk memilih kelas portofolio terbaik selanjutnya dikirim ke dalam Show Case and
Contest” antarsekolah dalam lingkungan kabupaten/kota atau untuk acara regional propinsi atau nasional. Semua itu antara lain bertujuan untuk saling berbagi ide dan pengalam belajar antar young citizens yang secara psikososial dan sosiokultural dapat menumbuhkembangkan ethos demokrasi dalam konteks harmony in diversity.
Contest” antarsekolah dalam lingkungan kabupaten/kota atau untuk acara regional propinsi atau nasional. Semua itu antara lain bertujuan untuk saling berbagi ide dan pengalam belajar antar young citizens yang secara psikososial dan sosiokultural dapat menumbuhkembangkan ethos demokrasi dalam konteks harmony in diversity.
Setelah acara dengar pendapat, dengan difasilitasi guru diadakan kegiatan refleksi. Tujuannya, baik secara individual maupun bersama merenungkan dan mengendapkan dampak kegiatan proses belajar bagi perkembangan pribadi siswa.
Langkah 3. Penutup
Kegiatan penutup dilakukan sepuluh menit sebelum pertemuan tatap muka usai. Guru memberi penegasan dan penguatan (debriefing) terhadap nilai yang secara implisit melekat dalam pertanyaan triger, yakni nilai-nilai yang terkandung dalam hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai anggota masyarakat, seperti peka, tanggap, terbuka, demokratis, kooperatif, kompetetif untuk kebaikan, empatik, argumentatif, dan prospektif dalam konteks kehidupan bermasyarakat atas dasar keyakinan yang didukung oleh pemahaman dan pengenalannya secara utuh dalam
praksis kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
praksis kehidupan sehari-hari di lingkungannya.
Sumber: